Lahirnya Negara-negara Fasis
Situasi Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda
dengan situasi menjelang PD I. Suasana diliputi
ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama
negara-negara yang kalah perang. Mereka dirugikan
oleh perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok
Sekutu. Pada umumnya negara-negara yang terlibat
perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk itu
mereka berusaha bangkit dengan cara yang diktator
dan mengembangkan paham ultranasionalisme. Dari
paham ultranasionalisme tersebut lahir negara-negara
fasis. Negara-negara fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan Jepang.
a. Fasisme di Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan
dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah
kepemimpinan Adolf Hittler Jerman mulai
bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler
membangun Jerman kembali. Jerman menganut
paham Chauvinisme yaitu paham yang
menganggap dirinya lebih unggul dari ras
lainnya. Selain itu juga menganut totaliterisme
yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki
kebebasan.
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan
Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.
1) Menolak isi Perjanjian Versailes.
2) Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan
membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan
militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
Seiring dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman mulai
berani melakukan politik ekspansi kembali. Jerman melaksanakan
politik Lebensraum (ruang untuk hidup) yaitu gagasan perluasan
wilayah melalui perang. Misalnya dengan menduduki Austria dan
Cekoslovakia
b . Fasisme di Italia
Kalian tentu masih ingat bukan mengapa Italia
pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu
negara pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun
menang, Italian merasa kecewa sebab tuntutannya
dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena
kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di
bawah pimpinan Benito Mussolini . Italia berkembang
menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk
mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk
mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau
Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
c . Fasisme di Jepang
Munculnya fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan
dari Restorasi Meiji. Berkat Restorasi Meiji,
Jepang berkembang menjadi negara industri yang
kuat. Majunya industri tersebut membawa Jepang
menjadi negara imperialis. Jepang menjadi negara
fasis dan menganut Hakko I Chiu.
Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana
Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito
dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo.
Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara
fasis, Kaisar Hirohito melakukan beberapa hal berikut.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti
militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara
terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu
dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
Berkembangnya negara-negara fasis seperti Italia, Jerman, dan
Jepang membuat situasi politik di kawasan Eropa semakin
menghangat, dan diwarnai dengan ketegangan yang mendorong
terjadinya Perang Dunia II.
2. Latar Belakang Perang Dunia II
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia II
dapat digolongkan menjadi sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang
Dunia II.
1) Pertentangan antara paham liberalisme dan
totaliterisme. Liberalisme memberikan kebebasan
bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme
mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche
idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk
memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan
perdamaian dunia.
b . Sebab Khusus (casus bally)
Sebab khusus Perang Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu
kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Berikut ini sebab-sebab
khusus terjadinya Perang Dunia II.
1) Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang
terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember
1941.
2) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang
dilakukan Jerman atas Polandia pada tanggal 1
September 1939. Alasan penyerangan itu untuk
merebut kembali kota Danzig (penduduknya
bangsa Jerman). Dalam waktu singkat sebagian
besar Polandia dikuasai Jerman.
Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam, segera
menyerbu Polandia dari arah Timur. Pada tanggal 3 September 1939
Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dalam
perkembangannya melibatkan banyak negara.
3. Jalannya Perang
Negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia II juga tidak
jauh berbeda dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II dapat
dikatakan merupakan ajang balas dendam bagi negara-negara yang
kalah dalam PD I. Negara-negara yang terlibat terbagi dalam blok
Sentral dan blok Sekutu. Berikut ini negara-negara yang terlibat
dalam PD II.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania,
dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika
Serikat, Austria, dan Polandia.
Secara umum PD II dibagi dalam 3 tahapan berikut.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik
serangan kilat.
b. Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat
defensif (bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak
melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
Untuk memahami jalannya Perang Dunia II, simaklah
penjelasan berikut. Lihat tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pertempuran dalam Perang Dunia II
Medan pertempuran PD II lebih luas yaitu mencakup Eropa, Asia, dan Afrika.
Perang Dunia II di wilayah Eropa terdiri atas beberapa medan pertempuran (front)
yaitu front Eropa Barat, Eropa Timur, dan Eropa Tenggara. PD II juga meluas ke wilayah
Afrika, dalam arti untuk perebutan tanah jajahan bangsa Barat di Benua Afrika.
a. Front Eropa Barat
Perang di Eropa Barat ini merupakan tahapan pertama dari Perang Dunia II.
Negara-negara Sentral yang dipimpin oleh Jerman bertindak ofensif. Jerman melakukan
serangan kilat (blitzkreig) menyerbu Denmark, Norwegia, Belanda, dan Luxemburg.
Ke arah Selatan, Jerman menyerbu Prancis lewat belakang daerah pertahanan
Maginot. Jerman berhasil menguasai setengah wilayah Prancis termasuk kota Paris. Prancis
terpaksa menyerah di kota Compiegne.
b. Front Eropa Timur
Diawali dengan penyerbuan Jerman ke Danzig, Polandia pada tanggal 1 September
1939. Hampir semua negara-negara di Eropa Timur mendukung Jerman kecuali
Yugoslavia. Di bawah pimpinan Joseph Bros Tito, Yugoslavia mengadakan perlawanan
gerilya yang menyulitkan Jerman.
c. Front Eropa Tenggara
Jerman di bawah pimpinan Erwin Rommel memulai serangan dari Rumania menuju
Balkan. Jerman yang sudah berhasil menguasai Balkan bergerak ke Selatan dalam
upaya menguasai Terusan Suez.
d. Front Afrika
Pertempuran di Front Afrika diawali dari upaya Jerman yang ingin menguasai
Terusan Suez. Untuk itu Jerman memerintahkan Italia untuk menyerbu Mesir. Namun
serangan Italia dapat dipukul mundur Sekutu hingga ke Abesinia.
Pada awalnya Amerika Serikat bersikap netral. Akan
tetapi setelah terjadi peristiwa Pearl Harbour tanggal
7 Desember 1941, AS menyatakan perang kepada Jepang.
Sekutu membentuk komando gabungan yang dipimpin
Jenderal Dwight Eisenhower. Pada tanggal 6 Juni 1944
terjadi pertempuran antara Sekutu dan Jerman di
Normandia. Jerman dapat dipukul mundur.
Sementara itu, wilayah Asia Pasifk membentuk
pertempuran sendiri. Jepang berhasil menguasai Filipina,
Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Birma. Bahkan pada
tanggal 27 Februari 1942 pertahanan Sukutu di Jawa dapat
direbut Jepang. Peta kekuatan mengalami perubahan setelah
terjadi pertempuran di Laut Karang. Pasukan Sekutu yang
dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur dengan Laksamana
Chester W. Nimit menyerbu Jepang sampai Pulau Okinawa.
4. Akhir Perang
Pada bulan Mei 1942, suatu serangan terhadap
Australia terhenti dalam pertempuran di Laut Koral.
Serangan serupa terhadap Hawai terhenti di Midway
pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942
pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal
(Kepulauan Solomon) dan bulan Februari 1943 pihak
Jepang telah dipukul mundur.
Pada bulan Februari 1944 pasukan Amerika
Serikat berhasil mengusir Jepang dari Kwayalein, di
Kepulauan Marshall, dan Saipan di Kepulauan
Mariana. Pada tanggal 6 Agustus 1945 Sekutu
menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akhirnya
Jepang menyerah dan menandatangai perjanjian di
atas kapal USS Missouri tanggal 2 September 1945
di Teluk Tokyo.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada
Sekutu pada bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa
faktor penyebab kekalahan Blok Sentral terhadap
Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumbersumber
kekayaan alam yang mencukupi
kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya
Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang
kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan
daripada Blok Sentral.
Berakhirnya Perang Dunia II juga ditandai dengan
penandatanganan berbagai macam perjanjian. Berikut ini beberapa
perjanjian yang mengakhiri PD II. Lihat tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perjanjian-Perjanjian yang Mengakhiri Perang Dunia II
a. Perjanjian Potsdam tanggal 2 Agustus 1945 yang dihadiri Truman (Amerika Serikat), Stalin
(Rusia), dan Winston Churchill (Inggris) untuk menentukan nasib Jerman. Berikut ini isi
Perjanjian Potsdam.
1) Jerman dibagi menjadi dua daerah pendudukan . Jerman Timur diduduki Rusia, dan
Jerman Barat diduduki oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
2) Kota Berlin di Jerman Timur dibagi menjadi empat daerah pendudukan. Berlin Timur
dikuasai Rusia sedangkan Berlin Barat diduduki Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
3) Jerman harus mengurangi angkatan perangnya.
4) Pengadilan bagi penjahat perang.
5) Jerman harus membayar ganti rugi perang.
6) Danzig dan daerah Jerman yang sebelah Timur Sungai Oder dan Niesse diberikan
kepada Polandia.
b. Perjanjian antara Sekutu dengan Jepang, disahkan di San Fransisco tanggal 8 September
1945, berisi hal-hal berikut.
1) Untuk sementara, Kepulauan Jepang diperintah oleh tentara pendudukan Amerika Serikat.
2) Pulau Kurile dan Sakhalin diserahkan kepada Rusia.
3) Manchuria dan Taiwan diserahkan kepada Tiongkok.
4) Pengadilan terhadap penjahat perang.
5) Jepang diharuskan membayar kerugian perang.
c. Perjanjian di Paris (1947) menentukan nasib Italia, berisi hal-hal berikut.
1) Daerah Italia dipersempit.
2) Triest menjadi daerah merdeka di bawah pemerintahan PBB.
3) Ethiopia dan Albania bebas dari kekuasaan Italia.
4) Semua jajahan Italia di Afrika Utara diambil oleh Inggris.
5) Italia harus membayar kerugian perang.
4. Dampak atau Akibat Perang Dunia II
Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dalam berbagai
aspek kehidupan. Berikut ini dampak PD II dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan kerohanian. Lihat tabel 2.3.
Tabel 2.3 Dampak Perang Dunia II
a. Bidang Politik
Berikut ini dampak Perang Dunia II dalam bidang politik.
1) Amerika Serikat dan Uni Soviet muncul sebagai negara superpower.
2) Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Italia, dan Jerman perannya dalam
percaturan politik dunia memudar.
3) Terjadinya Perang Dingin karena persaingan dan perebutan pengaruh antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. AS berideologi liberalisme dan Uni Soviet berideologi komunisme.
4) Akibat Perang Dingin, beberapa negara terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman.
5) Terbentuknya persekutuan militer/pakta pertahanan, misalnya NATO, dan Pakta Warsawa.
Sumber: Sejarah Eropa, 1999
32 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IX
b. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi terjadi depresi yang sangat luas. Pengangguran terjadi di manamana.
Negara yang kalah perang kekurangan modal untuk membangun kembali
negaranya. Amerika Serikat menawarkan berbagai bantuan program pembangunan
(penanaman modal dan pinjaman modal). Berikut ini berbagai bentuk bantuan ekonomi
dari Amerika Serikat.
1) Truman Doctrine yang diarahkan untuk membantu Turki dan Yunani.
2) Marshal Plan diprogramkan untuk membangun kembali Eropa.
3) Point Four Truman diarahkan untuk bantuan bagi negara-negara yang masih terbelakang,
terutama di Asia.
4) Colombo Plan yang disponsori Inggris ingin membentuk kerja sama ekonomi dan
kebudayaan.
c. Bidang Sosial dan Kerohanian
1) PD II menimbulkan bencana besar bagi umat manusia, kerugian harta benda, dan
nyawa sangat besar. Banyak anak kehilangan orang tua dan orang cacat korban perang.
2) Dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 24 Oktober 1945.
6. Pengaruh Perang Dunia II bagi Indonesia
Terjadinya PD II secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kehidupan politik dan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada
tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda
Indonesia diambil alih oleh Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah
oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun.
Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan untuk memperkuat
kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung
kemenangannya dalam menghadapi Sekutu.
Perang Dunia II juga berpengaruh bagi Indonesia
dalam mencapai kemerdekaan. Setelah
Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14
Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum
of power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah
menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah
Indonesia, sementara Sekutu, saat itu
belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan
bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
Latar Belakang dan Proses Pendudukan
B. Jepang (1942 - 1945)
Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting
dalam sejarah bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia
ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur
Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan
Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada
tanggal 7 Desember 1941.
Gerakan invasi militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia
Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942, Jepang menduduki
Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan
Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai
Palembang.
Untuk menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando
gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch
Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir
Archibald Wavell dan berpusat di Bandung.
Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa
yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur).
Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ke tangan Jepang.
Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi Menyerah pada jepang
Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret
1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu
diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan
Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi
Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai
dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya
diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat
Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam
Perang Asia Timur Raya.
Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi
sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi
sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang menguras
kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan
Pemerintahan pada Zaman Pendudukan
C. Jepang
Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan
Belanda. Pada penjajahan Belanda pemerintahan dipegang oleh
pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh
Tentara keenambelas dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh
tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara,
Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan
berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
Berikut ini berbagai kebijakan pemerintah pendudukan Jepang
di Indonesia.
1. Bidang Politik
Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda
yang menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan
kelunakan, misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping
bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama.
Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik
dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai
gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya
untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang
didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa
Hokokai.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai
oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya
Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan
gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna
kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur
lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan,
sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
b . Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan
ini dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun
dan menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh imperialis
Belanda. Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusat-
kan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu
usaha perangnya.
Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi
Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada
kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh
karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa
c . Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa
Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi
pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh
Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan
diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan
bukti.
Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak
sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang.
Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan
Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo
Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan ini adalah mengajukan
usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah
mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
2. Bidang Ekonomi
Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami
kelumpuhan obyek-obyek vital seperti pertambangan dan industri
dibumihanguskan oleh Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan,
Jepang banyak melakukan kegiatan produksi. Semua kegiatan
ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang. Misalnya
dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat
menanam pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem
autarki. Sistem autarki adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
Untuk membangun fasilitas perang, Jepang memerlukan
banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan untuk kerja paksa
dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan.
Mereka hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi
kematian. Selain dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi
sumber daya alam terutama batu bara dan minyak bumi.
3. Bidang Sosial
Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi
romusha. Mereka dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan.
Akibatnya banyak romusha yang meninggal dan terjangkit wabah
penyakit. Karena kemelaratan yang dialami para romusha tersebut,
muncul golongan baru yang disebut golongan kere atau gembel
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
4. Bidang Militer
Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik,
Jepang melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam
latihan militer. Oleh karena itu Jepang membentuk organisasiorganisasi
semimiliter dan organisasi militer. Lihat tabel 2.4
Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi Semimiliter dan Organisasi
Militer Bentukan Jepang
a. Organisasi semimiliter zaman Jepang
1) Seinendan (Barisan Pemuda), terutama untuk mendidik dan melatih para pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
2) Fujinkai (Himpunan Wanita), bertujuan memberikan latihan-latihan kemiliteran pada
wanita berusia minimum 15 tahun.
3) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), bertugas membantu tugas-tugas polisi.
4) Suishintai (Barisan Pelapor), dipimpin oleh Ir. Soekarno.
5) Gakukotai (Barisan Pelajar), dibentuk tanggal 15 Desember 1944.
6) Jibakutai (Barisan Berani Mati).
b. Organisasi militer
1) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), dibentuk pada bulan April 1943. Heiho adalah prajurit
Indonesia yang langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang baik dalam
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Selain diberi latihan militer, para anggota
Heiho juga diberi kesempatan untuk mengendalikan senjata antipesawat, tank, dan
artileri medan.
2) PETA (Pembela Tanah Air) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul dari Gatot
Mangkupraja. Para pemuda yang tergabung dalam Peta mendapatkan latihan-latihan
kemiliteran. Setelah Indonesia merdeka banyak anggota Peta yang menjadi
pemimpin Indonesia seperti Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Soedirman, dan Jenderal
Soeharto.
5. Bidang Budaya
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan
digunakan dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak
boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau
perusahaan yang berbahasa Belanda diganti dengan bahasa
Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar dan film yang
berbahasa Belanda dilarang beredar.
Strategi Pergerakan Masa Pendudukan
Jepang D.
Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki
strategi yang tidak sama. Ada dua macam golongan yaitu golongan
kooperatif dan nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia kerja
sama dengan Jepang. Mereka duduk dalam organisasi bentukan
Jepang. Sedang golongan nonkooperatif adalah golongan yang tidak
mau bekerja sama dengan Jepang, mereka membentuk organisasi
bawah tanah. Berikut ini kelompok bawah tanah pada masa Jepang,
lihat tabel 2.5
Tabel 2.5 Kelompok Bawah Tanah pada Masa Pendudukan Jepang
1. Kelompok Syahrir. Pengikutnya adalah kaum terpelajar di berbagai kota misalnya Jakarta,
Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang, dan lainnya. Syahrir menentang Jepang karena
negara tersebut fasis. Mereka berjuang dengan cara sembunyi-sembunyi, sehingga sering
disebut strategi gerakan bawah tanah.
2. Kelompok Amir Syarifuddin. Kelompok ini juga antifasis dan menolak kerja sama dengan
Jepang. Ia sangat keras mengritik Jepang sehingga tahun 1943 ditangkap kemudian dijatuhi
hukuman mati. Setelah Jepang menyerah dan Indonesia merdeka tahun 1945 serta bantuan
dari Bung Karno, maka Amir bebas dari hukuman tersebut.
3. Golongan Persatuan Mahasiswa. Sebagian besar golongan ini berasal dari mahasiswa
kedokteran di Jakarta. Pengikutnya antara lain Jusuf Kunto, Supeno, dan Subandrio.
Golongan mahasiswa yang anti terhadap Jepang, bekerja sama dengan kelompok Syahrir.
4. Kelompok Sukarni. Anggota kelompok ini antara lain Adam Malik, Pandu Wiguna, Chaerul
Saleh, dan Maruto Nitimihardjo. Peran dari kelompok Sukarni sangat besar pada waktu
sekitar proklamasi kemerdekaan.
5. Golongan Kaigun. Para anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang, tetapi secara
terus-menerus menggalang dan membina kemerdekaan. Beberapa anggota yang
tergabung dalam kelompok Kaigun antara lain Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Maramis, Dr.
Samsi, dan Dr. Buntaran Martoatmodjo. Kelompok ini mendirikan Asrama Indonesia
Merdeka, dengan ketua Wikana.
6. Pemuda Menteng. Kelompok yang bermarkas di Gedung Menteng 31 Jakarta ini banyak
yang menjadi pengikut Tan Malaka dari Partai Murba. Tokoh utama dari Pemuda Menteng
di antaranya Adam Malik, Chaerul Saleh, dan Wikana.
Perjuangan yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para
pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja sama dengan Jepang.
Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan bergabung dalam
organisasi-organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera, Jawa
Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping itu juga duduk
dalam badan-badan pemerintahan Jepang.
Perlawanan terhadap Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan
rakyat sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat
dipaksa menjadi romusha dan dibebani kewajiban
menyerahkan hasil panennya. Penderitaan yang
dialami rakyat menyebabkan munculnya rasa benci
terhadap Jepang. Kebencian itu diperparah dengan
kewajiban untuk melakukan Seikerei ke arah Tokyo
yang tidak dapat diterima. Akibatnya terjadi perlawanan
rakyat Indonesia terhadap kekejaman tentara Jepang.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Perlawanan-Perlawanan yang Muncul terhadap Jepang
Perjuangan yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para
pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja sama dengan Jepang.
Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan bergabung dalam
organisasi-organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera, Jawa
Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping itu juga duduk
dalam badan-badan pemerintahan Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, para tokoh bangsa yang tidak setuju bekerja sama
dengan Jepang membentuk organisasi-organisasi bawah tanah. Organisasiorganisasi
tersebut berjuang demi kepentingan rakyat. Sebagai pelajar, kalian tentunya
juga memiliki organisasi di sekolah yaitu OSIS. Apakah OSIS di sekolah kalian juga
memperjuangkan aspirasi para siswa? Apakah nilai-nilai yang dapat kalian teladani
dari organisasi-organisasi bawah tanah yang didirikan oleh para tokoh bangsa pada
masa itu untuk mengembangkan organisasi kalian?
1. Di Jawa Barat
a. Pada bulan Februari 1944 timbul perlawanan rakyat Singaparna, dipimpin oleh Kyai
Haji Zainal Mustofa. Sebabnya adalah penolakan terhadap upacara seikerei dan penderitaan
rakyat akibat perlakuan buruk Jepang.
b. Di Indramayu pada bulan April 1944, tepatnya desa Kaplongan, Distrik Karangampel,
rakyat bangkit melawan tentara Jepang. Demikian juga tanggal 30 Juli 1944 terjadi
perlawanan rakyat di desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Penyebabnya tersebut
adalah pengambilan padi secara paksa dan pengerahan tenaga.
2. Di Aceh
a. Pada tanggal 10 November 1942 meletus perlawanan rakyat dipimpin oleh Tengku
Abdul Jalil dari Cot Plieng.
b. Di Jangka Buya terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang dipimpin seorang Giyugun
bernama Teuku Hamid. Demikian juga di Pandrah, daerah Jenieb, Kabupaten Bireueh.
3. Di Biak
Rakyat Biak, Irian Jaya melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang pada tahun 1943.
4. Di Kalimantan Barat
Perlawanan rakyat terhadap Jepang juga terjadi di Kalimantan Barat namun mengalami
kegagalan. Sebelum perlawanan rakyat meluas, pihak Jepang telah mengetahui karena
telah menyusupkan mata-mata ke dalam organisasi perlawanan rakyat tersebut.
5. Di Sulawesi Selatan
Perlawanan rakyat di Sulawesi Selatan terhadap pendudukan Jepang dikenal dengan nama
Peristiwa Unra, karena peristiwa tersebut terjadi di desa Unra. Rakyat dipimpin Haji
Temmale yang tidak dapat menahan lagi kemarahan akibat kekejaman tentara Jepang
melakukan perlawanan.
6. Pemberontakan PETA
Perlawanan yang paling besar terhadap pendudukan Jepang dilakukan oleh tentara PETA
di Blitar, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Supriyadi.
Perlawanan ini disebabkan oleh kekecewaan anggota PETA terhadap Jepang akibat
kekejaman Jepang yang menyebabkan penderitaan rakyat, terutama yang dijadikan
romusha oleh Jepang.
Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan
Jepang
Pendudukan Jepang telah mengakibatkan berbagai perubahan
pada masyarakat pedesaan Indonesia, khususnya Jawa. Kebijakankebijakan
Jepang mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan
dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
1. Aspek Politik Pemerintahan
Dalam bidang pemerintah terjadi perubahan dari
pemerintahan sipil ke pemerintahan militer, jabatan
Gubernur Jenderal diganti dengan Panglima Tentara
Jepang.
Untuk memperlancar proses eksploitasi di
pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang membentuk
tonarigumi (Rukun Tetangga). Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengawasan terhadap penduduk.
4. Di Kalimantan Barat
Perlawanan rakyat terhadap Jepang juga terjadi di Kalimantan Barat namun mengalami
kegagalan. Sebelum perlawanan rakyat meluas, pihak Jepang telah mengetahui karena
telah menyusupkan mata-mata ke dalam organisasi perlawanan rakyat tersebut.
5. Di Sulawesi Selatan
Perlawanan rakyat di Sulawesi Selatan terhadap pendudukan Jepang dikenal dengan nama
Peristiwa Unra, karena peristiwa tersebut terjadi di desa Unra. Rakyat dipimpin Haji
Temmale yang tidak dapat menahan lagi kemarahan akibat kekejaman tentara Jepang
melakukan perlawanan.
6. Pemberontakan PETA
Perlawanan yang paling besar terhadap pendudukan Jepang dilakukan oleh tentara PETA
di Blitar, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Supriyadi.
Perlawanan ini disebabkan oleh kekecewaan anggota PETA terhadap Jepang akibat
kekejaman Jepang yang menyebabkan penderitaan rakyat, terutama yang dijadikan
romusha oleh Jepang.
Perlawanan rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan
bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang.
Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, dan kemudian dipertahankan oleh bangsa
Indonesia sendiri.
Struktur pemerintahan di Jawa
pada zaman Jepang yaitu:
- Syu (karesidenan)
- Si (kotamadya)
- Ken (kabupaten)
- Gun (kawedanan)
- Son (kecamatan)
- Ku (desa/Kelurahan)
- Tonarigumi (rukun tetangga)
Jeli Jendela Info
Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik
tradisional memudar.
2. Aspek Sosial Ekonomi
Pada masa Jepang, juga diberlakukan politik penyerahan padi
secara paksa. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan
bagi para tentara. Akibat penyerahan padi itu antara lain angka
kematian meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun,
kelangkaan bahan pangan, dan kesejahteraan sosial sangat buruk.
Mobilitas sosial masyarakat cukup tinggi. Golongan pemuda,
pelajar, dan tokoh masyarakat mengalami peningkatan status sosial.
Hal ini disebabkan mereka bergabung dalam organisasi bentukan
Jepang. Selain itu juga duduk dalam pemerintahan.
3. Aspek Mentalitas Masyarakat
Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak.
Melihat hal tersebut, Jepang memanfaatkannya sebagai tenaga kerja.
Masyarakat pedesaan dipaksa menjadi romusha. Para romusha harus
membuat pabrik senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri.
Para romusha sangat menderita dan tidak dapat upah dan
makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari
Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang
harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.
* Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II yang diawali dengan menyerbu
Pearl Harbour, merupakan langkah awal untuk menguasai Asia, termasuk
Indonesia. Dengan serangan yang sangat cepat, Belanda akhirnya bertekuk
lutut kepada Jepang dalam Perundingan Kalijati 8 Maret 1942. Perundingan
tersebut mengawali penjajahan Jepang di Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang berbagai strategi perjuangan dilakukan oleh
para pemimpin nasional. Memanfaatkan organisasi bentukan Jepang untuk
menggembleng rakyat, mengadakan gerakan bawah tanah, sampai berjuang
secara fisik melawan tentara Jepang terjadi di berbagai daerah.
* Pendudukan Jepang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan rakyat
yaitu:
1. aspek politik yang ditandai memudarnya peran dan fungsi lembaga
politik tradisional,
2. aspek sosial ekonomi ditunjukkan dengan kesengsaraan rakyat akibat
kebijakan penyerahan wajib padi, dan
3. aspek mentalitas masyarakat yang semakin tertekan bahkan muncul
ketakutan kolektif dan kegelisahan komunal terhadap keharusan kerja
paksa (romusha).